RUMAH
tumbuh. Inilah tren yang kini berjangkit pada
pasangan muda yang tinggal dan menetap di kota-kota
besar di Indonesia. Dengan dana yang terbatas, banyak
pasangan harus berpikir ulang bila ingin membangun rumah
ideal sesuai impian.
Salah satu cara untuk mewujudkannya adalah dengan
memancang konsep rumah tumbuh. Sesuai dengan namanya,
rumah tumbuh adalah rumah yang pembangunannya bertahap.
Tentu saja, ini tergantung pada kebutuhan dan sesuai
dengan kemampuan keuangan.
Para arsitek yang dihubungi KONTAN pada bilang,
orang umumnya membagi konsep rumah tumbuh
menjadi dua, yakni vertikal dan horizontal.
Rumah tumbuh secara horizontal, pengembangannya
lazimnya lebih gampang. Sebab, dengan
pemilikan lahan yang luas, Anda tak masalah bila harus
mengembangkan ke samping atau melebar.
Persoalannya di kota-kota besar seperti Jakarta, untuk
mendapatkan tanah lapang tentu saja bukan urusan gampang.
Kalaupun ketemu, harganya wuih mahal alias akan
menguras kantong.
Makanya, tren di kota-kota besar, rumah kebanyakan
tumbuh secara vertikal. Lantas, apa yang kudu Anda
persiapkan dengan konsep rumah tumbuh secara vertikal?
"Yang menjadi syarat utama adalah pondasi rumah harus
kokoh. Ini syarat mutlak bila ingin rumah
tumbuh," ujar Endy Ibuhindar, pengajar jurusan
Teknik Arsitektur Universitas Trisakti.
Perencanaan rumah tumbuh harus matang
Kedua, yang juga penting adalah perencanaannya
yang matang sejak awal pembangunan rumah. Untuk
itu, Endy menyarankan, agar pemilik rumah atau
lahan melibatkan jasa arsitek. "Ini penting
agar ke depan tidak terjadi bongkar pasang.
Bukannya mau hemat, kantong malah jebol,"
katanya.
Endy bilang, perencanaan ini kelak
akan terus menjadi pedoman pembangunan rumah di
masa depan. Bila kelak pemilik rumah akan
menambah ruangan, pedoman awal harus menjadi
acuan tukang. "Ada baiknya, pedoman pembangunan
rumah tumbuh itu dalam satu kertas yang bisa dibuka
setiap saat," ujar Endy. Tentu saja, pedoman ini tak
sekadar kertas blue print saja, tapi juga berisi
tahap-tahap pembangunan rumah berdasarkan skala
prioritas kebutuhan.
Widi Sudarmoko,
Arsitek dari PT Bangun Rumah Persada
menambahi, dalam konsep rumah tumbuh, persoalan yang
agak merepotkan adalah masalah desain. Makanya, seorang
arsitek yang mendapatkan order merancang rumah tumbuh
akan membuat desain yang akan berkesinambungan
antara rencana semula dengan pengembangannya di
kemudian hari. "Jadi, pemilik rumah jangan
pernah mengubah tahapan-tahapan yang sudah
dibuat," ujar Widi. Bila nekat, kemungkinan
bongkar pasang bisa terjadi. "Jadi memang harus
mencari desainer yang benar-benar cerdas,"
ujar Widi Sudarmoko.
Masalah lain yang juga
bakal mengganjal adalah pengerjaannya. Ada
baiknya pengerjaan rumah tumbuh ini dilakukan
oleh tukang yang sama. Gonta-ganti tukang bisa
mengandung risiko. "Biasanya orang yang pertama kali
mengerjakan lebih paham daripada orang baru," ujar Widi
Sudarmoko. Makanya, sebaiknya Anda tidak kehilangan
kontak dengan kontraktor yang pertama kali membangun
rumah tumbuh Anda.
Yang juga tak kalah pentingnya adalah komitmen
dan kesabaran pemilik rumah dalam mengembangkan
rumah. Sebab, pembangunan rumah tumbuh bisa
berjalan belasan atau bahkan puluhan tahun.
"Komitmen penting untuk menyelesaikan
pembangunan rumah sesuai rencana," ujar Endy.
Untuk itu, pemilik rumah harus menyisihkan dana
agar bisa mewujudkan mimpi.
Yang jelas, Endy
dan Widi sepakat rumah tumbuh adalah solusi
bagi pemilik rumah yang ingin mengembangan rumah
dengan dana terbatas. Nah, silakan membuat rencana besar
untuk rumah Anda.
posted by kontan on 09/22/07
Sumber : www.kontan-harian.info
Minggu, 30 September 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar